Wednesday, April 11, 2012

UPDATE: Promax Review setelah 9 bulan

Untuk post kali ini, saya akan membahas perkembangan kebun kami seiring dengan pemakaian PROMAX.

Ada 3 hal yang mencolok selama 9 bulan ini:
1. Selama pemakaian Promax, tidak ada satu pokok pun yang mati. Ini adalah kemajuan yang luar biasa bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, dimana 2-3 pokok per bulan yang tumbang akibat infeksi JAP. Promax, sebagai biofungisida, memang terbukti dapat mengatasi JAP.
2. Pertumbuhan lilit batang yang pesat terutama pada tahap 3 tanaman karet kita dengan tahun tanam 2010 (Liat gambar dibawah.)
3. Kotoran cacing mulai muncul pada tanah yang awalnya sangat gersang (86% pasir). Seperti yang tertulis di dalam brosurnya, Promax dapat memperbaiki sifat fisik, kimiawi dan biologi tanah sehingga meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman. 

Berikut adalah foto-foto terbaru kebun kita yang saya ambil kemarin.

Pic #1: Gawangan pada areal tahap I (bersih dari tunggul)

Pic#2: Gawangan pada areal tahap I (tahun tanam 2008)

Pic #3: Gawangan pada areal tahap II (tahun tanam 2009)

Pic #4: Gawangan pada areal tahap II (tahun tanam 2009)

Pic #5: Gawangan pada areal tahap III (tahun tanam 2010)

Pic #6:  Pokok rambung tahun tanam 2010

Pic #7: Kotoran cacing (Vermi compost) mulai muncul pada tanah 

Pic #8: Vermi compost

Demikianlah post ini, semoga bermanfaat bagi teman-teman.

NSLMF

Saturday, April 7, 2012

Pemakaian Jenis Pupuk yang Benar

Sering saya jumpai banyak petani-petani tradisional tidak mengetahui pupuk apa yang mesti digunakan pada kondisi tanah atau tanaman tertentu. Biasanya, mereka hanya mendengar dan mengikuti saran dari teman ataupun meniru cara pemupukan perusahaan besar. Padahal kondisi tanah di masing-masing kebun adalah berbeda walaupun terdapat pada area atau daerah yang sama.

Di dalam tanah, terdapat 19 unsur hara yang penting bagi tanaman:
Makro: N-P-K-S-Ca-Mg
Mikro: Fe-Zn-Cu-B-Mn-Si-Mo-Co-Cl-Na
Gratis: C-O-H

Apa itu TSP, Urea, KCL, dll? Itu hanyalah nama dagang/merek pupuk yang mengandung unsur tertentu.
Contoh:
TSP - mengandung 45% unsur P2O5 dan 28% CaO
RP - 29-34% P2O5 dan 35% CaO
Urea - 46% N
ZA - 21%N dan 24%S
KCL - 60% K2O dan 50%Cl
Kieserite - 27% MgO dan 22% S
Dolomite - 18-20% MgO dan 50% CaO
dll

Jadi apa bedanya TSP dan RP selain kandungan persentasi hara yang berbeda? 
Perlu diketahui bahwa pupuk RP memerlukan waktu yang lama untuk terlarut dibandingkan TSP. Oleh sebab itu, RP lebih cocok digunakan pada tanaman bibitan karena bersifat slow-released. 

Urea VS. ZA? 
Banyak petani menggunakan ZA daripada Urea karena harga ZA lebih murah dari Urea. Selain itu ZA juga dapat menekan JAP karena mengandung Sulfur (jamur tidak suka dalam kondisi asam). Tetapi, disisi lain penggunaan ZA juga menekan pH tanah menjadi rendah sehingga penyerapan unsur-unsur hara (pupuk) tidak sempurna. Kisaran pH yang baik buat tanaman adalah 5.5-6.0. Tetapi pada kisaran tsb JAP berkembang biak dengan cepat. Ini maju salah, mundur juga salah. Solusi yang saya gunakan adalah dengan pemakaian PROMAX, dimana enzim kitinase dari Promax lah yang dapat mengurai dinding-dinding kitin jamur, kemudian enzim-enzim lainnya mengurai bagian dalam dari jamur tersebut. Dengan aplikasi Promax, tanaman dapat makan dengan efisien dan JAP juga dapat dikendalikan. Ini baru namanya win-win situation. (Silakan lihat post lama percobaan tes Promax pada kebun kita sendiri)

Kieserite VS. Dolomite
Kieserite(MgSO4) mengandung 22% Sulfur sebaiknya digunakan pada tanah dengan pH diatas 6. Sedangkan Dolomite dianjurkan pada tanah yang bersifat masam (dibawah pH 5). Perlu dilakukan cek pH tanah dengan menggunakan pH meter untuk menjaga kisaran pH tanah 5.5 - 6.0 sesering mungkin.

Pic: pH meter

Saya harap info-info ini dapat membantu kawan-kawan kita dalam memilih pupuk yang bener.

Never stop learning my friend

SANITASI


Ada 100 cara mengatasi JAP , tetapi pencegahan yang paling penting dalam mengatasinya adalah memusnahkan sumber-sumber JAP tersebut dengan menjaga sanitasi kebun. Sumber JAP biasanya berasal dari sisa-sisa dekomposisi tanaman (sawit, karet, kayu hutan lainnya,dll). 

Jadi apa yang mesti diperhatikan dalam sanitasi kebun?
1. Tunggul-tunggul mesti dibongkar, dicincang dan dibakar.
2. Cabang-cabang hasil topping tidak boleh dibiarkan di gawangan. Sebaiknya dikumpul di satu tempat (lapangan), kemudian dibakar.
3. Ranting-ranting kecil juga tidak luput dari sanitasi.

 Berikut adalah beberapa foto-foto di beberapa kebun yang pernah saya kunjungi:


 Pic #1: Terlihat miselium/benang-benang putih pada tunggul bekas kayu hutan

Pic#2: Bahkan ranting juga menjadi sumber JAP

Pic#3: Stadium 4, dimana fruiting body (badan jamur) sudah muncul. 

Pic#4: Gawangan penuh dengan tunggul merupakan ancaman besar bagi tanaman karet. 

Pic #5: Stadium 1, dimana miselium/benang-benang putih menempel dipermukaan akar

Pic #6: Tanaman mati ketika badan jamur muncul

Pic #7: Kaki gajah pada pokok tsb mulai busuk. Pada kasus ini JAP sudah memasuki stadium 3

Pic #8: Pembusukan kulit kayu oleh JAP

Pic #9: Airborne (dari udara) dimana spora JAP ditiup angin kemudian lengket pada kulit batang

Pic #10: Potongan kayu seperti ini sebaiknya dibakar

Pic #11: Gawangan dengan tunggul sawit.

Semoga informasi ini bermanfaat bagi teman-teman.

Never stop learning my friend